Selasa, 15 Oktober 2024

KONSEP DASAR­ MANAJEMEN PENDIDIKAN

KONSEP DASAR­ MANAJEMEN PENDIDIKAN 1. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah kata yang sering sekali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Tapi kadang kita kurang memahami apa yang disebut pendidikan,apa landasan pendidkan itu dan lain sebagianya. Tulisan ini akan mencoba menguraikan pendidikan di tinjau dari pendapat para ahli teori tentang pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan. Beberapa ahli telah mengungkapkan mengenai pengertian pendidikan diantaranya: a. Menurut Carter V. God dalam “Dictionary of Education “ 1) Pendidikan merupakan seni, praktek, atau profesi sebagai pengajar 2) Merupakan ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip prinsip dan metode metode mengajar,bpengawasan dan bimbingan murid. Dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan 3) Merupakan seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang diwarisi atau dikembangkan masa lampau oleh generasi bangsa. b. Menurut buku“Higher Education for American democracy” Pendidikan adalah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakata yang beradab, tetapi tujuan tujuan pendidikn tidaklah sma dalammsetiap masyrakat. Sistem pendidikan suatu masyarakat tertentu dan tujuan pendidikan didasarkan atas prinsip-prinsip cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat c. Menurut professor Rechey dalam buku “Planing for teaching an Introduction to education ‘Istilah “Pendidikan” bekenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan an perbaikan kehidupa suatu masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya kepada masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas dari proses yang berlangsung disekolahn saja. Pendidikan adalah suatu akyivitas social yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks d. Menurut Prof Lodge dalam buku “Philosophy of Education “ Pendidikan dalam arti luas semua pengalaman dapt dapt dikatakan sebagai pendidikan Dalam pengertian yang lebih sempit “Pendidikan” dibatasi pada fungsi tertentu didalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat istiadat dengan latar belakang sosialnya, pandangan hidup masyarakatnya kepada warga masyarakat gnerasi berikutnya dan demikian seterusnya e. Menurut Brubacher Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman,dan dengan alam semesta. Dari semua pendapat para ahi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Pendidikan merupakan usaha manusia dalam meningkatkan kepribadianya dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya baik secara rohani maupun jasmani. 2) Pendidikan berarti juga lembaga yang bertanggung jawab terhadap tercspsinys tujusn pendidikan 3) Pendidikan merupakan hasil yang dicapai oleh perkembangan manusia Definisi pendidikan menurut Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yaitu pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar diproses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (Pasal 1 ayat 1). 2. Pengertian Manajemen Kata manajemen berasal dari bahasa latin yaitu manus yang berarti tangan dan ageryang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manegere yang artinya menangani, Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yaitu dalam bentuk kerja to manage dengan kata benda management. Manajer untuk orang yang melakukan kegiatan manejemen. Akhirnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan. Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli: a. Mary Parker F mendefinisikan pengertian manajemen sebagai suatu seni, tiap tiap pekerjaan bisa diselesaikan dengan orang lain. b. George Terry memberikan pendapat, Definisi Manajemen merupakan ilmu sekaligus seni, manajemen adalah wadah didalam ilmu pengetahuan, sehingga manajemen bisa dibuktikan secara umum kebenarannya. c. Manajemen yang didefinisikan oleh Koontz adalah suatu seni yang produktif yang didasarkan pada suatu pemahaman ilmu. Koontz menambahkan, ilmu dan seni tidaklah bertentangan, namun masing masing saling melengkapi. d. Stoner memiliki pendapat, Ilmu Manajemen merupakan proses dalam membuat suatu perencanaan, pengorganisisasian, pengendalian serta memimpin berbagai usahda dari anggota entitas/organisasi dan juga mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. e. Wilson berpendapat definisi manajemen sebagai sebuah rangkaian tindakan tindakan yang dilakukan oleh para anggota organisasi dalam upaya mencapai sasaran organisasi. prosess merupakan suatu rangkaian aktivitas yang dijalankan dengan sistematis. f. Menurut Oey Liang Lee, Arti Manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, peng-organisasi-an, penyusunann, pengarahan serta pengendalian (pengawasan) dari sumber daya perusahaan guna mencapai goal atau tujuan yang telah diputuskan. g. Menurut Lawrence A Appley, pengertian manajemen adalah sebuah seni dalam mencapai tujuan yang diinginkan yang dilaksanakan dengan usaha orang yang lain. h. Menurut Sulistyorini, manajemen adalah suatu hal penting yang menyentuh, mempengaruhi, bahkan merasuki hampir seluruh aspek kehidupan manusia layaknya darah dan raga. i. A. Sayyid Mahmud al Hawariy dalam bukunya Al Idarah Al Ushul Wal Ushushil Ilmiyah menerangkan manajemen adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa yang harus dihindari, kekuatan apayang harus dijalankan, dan bagaimana mengemudikan kapal Anda serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan waktu dalam proses mengerjakannya. j. Stooner berpendapat bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumberdaya ditambah sumberdaya organisasi lain agar dapat mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan. k. Sondang Palan Siagian, manajemen adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. l. Yati Siti Mulyati dan Aan Komariah mendefinisikan manajemen sebagai kemampuan dan ketrampilan khusus yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara perorangan atau bersama orang lain atau melalui orang lain dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara produktif, efektif, dan efisien. m. Mamduh M. Hanafi berpendapat bahwa manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi. n. Nanang Fatah dalam bukunya Landasan Manajemen Pendidikan, menjelaskan manajemen adalah proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. o. Oemar Hamalik berpendapat bahwa manajemen adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumber lain, menggunakan metode yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. p. Geroge R. Terry memberikan pengertian manajemen adalah sebuah proses yang khas, terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling). 3. Filsafat Manajemen Manajemen jika ditinjau dari segi filsafat yaitu berdasarkan landasan ontologi dan aksiologi maka bagaimana mengembangkan landasan epistemologi yang sesuai. Persoalan utama yang dihadapi oleh setiap epistemologi pada dasarnya bagaimana mendapatkan pengetahuan dengan benar yang memperhitungkan aspek ontologi dan aksiologi. Begitu juga dalam hal menghadapi epistemologi yaitu bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjadi masalah mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengendalikan peristiwa yang muncul. Filsafat manajemen pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan untuk berpikir efektif dalam memecahkan masalah manajemen. Ini merupakan hakikat manajemen sebagai suatu disiplin ilmu dalam mengatasi masalah organisasi berdasarkan pendekatan yang intelligent. Bagi seorang manajer perlu pengetahuan tentang kebenaran manajemen, asumsi yang telah diakui dan nilai-nilai yang telah ditentukan. Pada akhirnya semua itu akan mencapai kepuasan dalam melakukan pendekatan yang sistematik dalam praktik manajerial 4. Pengertian Manajemen Pendidikan Manajemen pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang pada intinya adalah mempelajari tentang prilaku manusia yang kegiatannya sebagai subjek dan objek. Secara filosofis, prilaku manusia terbentuk oleh interaksi antar manusia, iklim organisasi (konteks organisasi), dan sistem. Ketiga interaksi tersebut baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama saling berinteraksi pula dengan lingkungan eksternalnya. Beberapa ahli menggunakan istilah yang berbeda dalam pemakaian kata administrasi pendidikan dan manajemen pendidikan, tetapi ketika ditinjau pengertiannya hampir mirip. Walaupun pada dasarnya kedua istilah tersebut tidak sama persis. Nanang Suhardan dan Nugraha Suharto dalam hal ini mereka memakai istilah administrasi pendidikan yaitu ilmu yang membahas pendidikan dari sudut pandang kerjasama dalam proses mencapai tujuan pendidikan. Manajemen pendidikan menurut Made Pidarta yaitu aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. H.A.R. Tilaar, berpendapat bahwa manajemen pendidikan adalah mobilisasi segala sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Djam’an Satori memberikan pengertian manajemen pendidikan sebagai keseluruhan proses kerja sama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materi yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Menurut Sulistyorini, manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya agar lebih efektif dan efisien. Manusia (manajer atau administrator) dimanapun berada tidak terlepas dari wadah melakukan kegiatan yang disebut organisasi (lembaga pendidikan baik formal, nonformal, maupun informal) Organisasi tidak akan ada tanpa ada manusianya. Manusia dalam organisasi tidak luput dari sistem yang dibuatnya sendiri (misal Sisdiknas). Dilihat dari pengertian manajemen dan pengertian pendidikan diatas, maka kita dapat mendefinisikan Manajemen Pendidikan sebagai suatu Proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola sumber daya yang berupa man, money, materials, method, machines, market, minute dan information untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien dalam bidang pendidikan. Objek atau sumber daya yang menjadi kajian dalam manajemen pendidikan ada tujuh , yaitu : a. Man Man atau manusia adalah unsur terpenting yang perlu dikelola dalam manajemen pendidikan, pengelolaan yang biasa dilakukan misalnya dengan mengorganisasikan manusia dengan melihat apa yang menjadi keahlian orang tersebut. b. Money Money atau uang dimaksudkan untuk mengelola pemdanaan atau pembiayaan secara efisien sehingga tidak terjadi pemborosan dalam suatu lembaga pendidikan. c. Materials Materials atau bahan materi merupakan aspek yang tidak kalah penting dalam manajemen pendidikan, melalui pengelolaan material maka bisa terbentuk kurikulum yang berisi panduan dasar untuk mentranfer ilmu dari guru ke siswa. d. Method Pengelolaan metode juga harus dilakukan dengan baik, metode yang digunakan untuk mengajar guru di sekolah satu dengan guru di sekolah lain tidak sama karena tergantung pada kesiapan siswa yang diajar. e. Machines Pengelolaan mesin bertujuan untuk dapat mengelola mesin yang digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar supaya dapat digunakan sebaik mungkin dan tidak cepat mengalami kerusakan, untuk orang yang mengelola mesin biasanya harus orang yang benar-benar tau cara merawat mesin tersebut dengan baik. f. Market Market atau pasar adalah salah satu kunci yang menentukan sekolah atau lembaga pendidikan tersebut menjadi lembaga pendidikan yang besar atau kecil, pasar yang dimaksud adalah masyarakat secara luas, sasaran yang dituju adalah masyarakat yang berniat menyekolahkan putra putri mereka. g. Minutes Minutes atau waktu perlu dikelola dengan baik karena waktu belajar peserta didik di sekolah sangat terbatas, sehingga perlu pengelolaan yang baik supaya waktu belajar mengajar menjadi lebih efisien. 5. Tujuan Manajemen Pendidikan Tujuan Belajar Manajemen Pendidikan a. Efisien dalam menggunakan sumber daya. Dengan mempelajari manajemen pendidikan dengan baik, diharapkan seseorang dapat mengelola sumber daya secara efisien, misalnya sumber daya yang berupa pembiayaan, waktu dan lain sebagainya. b. Efektif dalam pencapaian tujuan. Dengan mempelajari manajemen pendidikan secara berkesinambungan dan secara sungguh-sungguh, diharapkan seseorang dapat mengefektifkanproses dan sumber daya yang dikelola untuk mencapai tujuan dengan optimal. c. Bermuara pada tujuan pendidikan. Tujuan manajemen pendidikan tidak akan lepas dari tujuan pendidikan nasional, yaitu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. d. Mendukung kegiatan pendidikan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Manajemen pendidikan juga mendukung dan memfasilitasi kegiatan pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan pendidikan yang didukung dengan manajemen pendidikan yang baik, akan mendapatkan hasil yang baik sehingga tujuan pendidikan yang ditargetkan dapat tercapai. Menurut Shrode dan Voich, tujuan utama manajemen adalah produktifitas dan kepuasan. Mungkin saja tujuan ini tidak tunggal, bahkan jamak. Seperti peningkatan mutu pendidikan atau kelulusannya, keuntungan yang tinggi, pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan daerah atau nasional, dan tanggung jawab sosial. Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang, serta ancaman. 6. Manfaat Manajemen Pendidikan a. Menciptakan suasana belajar yang bermutu dan menyenangkan dan yang lebih penting lagi adalah dapat menciptakan peserta didik belajar cara belajar (learning how to learn) yang terbaik bagi dirinya. b. Meningkatkan kompetensi manajemen pendidikan bagi pendidik sehingga lebih professional. c. Menghemat sumberdaya dengan hasil memuaskan. d. Mendapatkan tenaga kependidikan yang professional. 7. Fungsi Manajemen Pendidikan Fungsi manajemen pendidikan adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya. Menurut George R. Terry, fungsi manajemen ada empat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pelaksanaan (actuating) dan fungsi pengendalian (controlling). Menurut Luther Gullick , fungsi manajemen ada tujuh yaitu fungsi fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengaturan anggota (staffing), fungsi pengarahan (directing), fungsi koordinasi (coordinating), fungsi pelaporan (reporting) dan fungsi pencapaian tujuan (budgeting). Menurut hersey and Blanchard, fungsi manajemen ada empat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi peningkatan semangat (motivating) dan fungsi pengendalian (controlling). Pada umumnya ada empat fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pelaksanaan (actuating) dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Perencanaan juga dapat didefinisikan sebagai prosespenyusunan tujuan dan sasaran organisasi serta penyusunan “peta kerja” yang memperlihatkan cara pencapaian tujuan dan sasaran tersebut. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi. Pengorganisasian adalah proses penghimpunan SDM, modal dan peralatan, dengan cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan upaya pemaduan sumber daya. Pelaksanaan (actuating) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha. Pelaksanaan adalah proses penggerakan orang-orang untuk melakukan kegiatan pencapaian tujuan sehingga terwujud efisiensi proses dan efektivitas hasil kerja. Pengendalian (controlling) adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan. Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang pendidikan yang dihadapi. Pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses pemberian balikan dan tindak lanjut pembandingan antara hasil yang dicapai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tindakan penyesuaian apabila terdapat penyimpangan. 8. Ruang Lingkup Majemen Pendidikan Ruang lingkup dari manajemen pendidikan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : Menurut Wilayah Kerja, Menurut Objek garapan, dan Menurut Fungsi Kegiatan. a. Menurut Wilayah kerja, ruang lingkupnya meliputi: Manajemen seluruh negara, manajemen satu propinsi, manajemen satu unit kerja, dan manajemen kelas. b. Menurut Objek garapan, ruang lingkupnya meliputi : Manajemen siswa, manajemen ketenaga pendidikan, manajemen sarana-prasarana, manajemen tata laksana pendidikan, mqanajemen pembiayaan dan manajemen humas. c. Menurut Fungsi Kegiatan, ruang lingkupnya meliputi: Merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengko-munikasikan, mengawasi atau mengevaluasi. Ada pula yang melihat Ruang lingkup dari manajemen pendidikan berdasarkan substansi yang menjadi garapan manajemen pendidikan sebagai proses atau disebut fungsi administrasi yaitu: a. Perencanaan. Perencanaan merupakan suatu proses yang meliputi upaya yang dijalankan guna mengantisipasi adanya kecenderungan di masa mendatang dan penentuan sebuah strategi maupun taktik yang tepat guna merealisasikan tujuan dan target organisasi. b. Pengorganisasian. Pengorganisasian merupakan suatuproses yang meliputi bagaimaan taktik serta strategi yang sudah dirumuskan pada saat tahap perencanaan digambarkan pada sebuah strukturr organisasi yang tangguh, sesuai, dan lingkungan yang kondusif serta bisa memberikan kepastian bahwa pihak pihak yang ada didalam organisasi bisa bekerja secara efisien dan efektif untuk pencapaian tujuan yang ditetapkan. c. Pelaksanaan (motivasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi, koordinasi). d. Pengarahan. Pengarahan adalah tahap dimana prorgram diimplementasikan suapaya bisa dilakukan oleh semua pihak dalam sebuah organisasi dan juga proses memotivasi supaya pihak pihak tersebut bisa melaksanakan tanggung jawab dengan kesadaran penuh dan tingkat produktifitas yang sangat tinggi. e. Pengawasan dan pengendalian. Pengendalian adalah proses yang dijalankan guna rangkaian aktivitas aktivitas kegiatan yang sudah direncanakan, diorganisasikan serta diimplemantasikan dipastikan berjalan dengan semestinya sesuai target yang telah diharapkan walaupun ada beberapa perubahan yang terjadi didalam lingkungan yang dihadapi. REFERENSI Al Hawary, As Sayyid Mahmud. 1976. Al-Idarah al-Ushulul wal ususil Ilmiyyah. Kairo, cet. Appley A, Lawrence dan Lee, Oey Liang. 2010. Pengantar Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. A. F. Stoner James, D. (1996). Manajemen, Edisi Indonesia. Jakarta: PT. Prenhallindo H.A.R. Tilaar. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Rineka Cipta Koontz, Harold, Cryl O' Donnell, 1989. Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mary Parker Follet, 2005. Manajemen. Jakarta: Indeks. Made Pidarta. 1999. Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara. Sulistyorini, 2001. Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: 28 (1). 62-70. Shrode, William. A and Dan Voich, Jr. 1974. Organization and Management: Basic System Concepts. Malaysia: Irwin Book. Siagian Sondang. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.Bumi Aksara. Terry, G.R. 2006. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Penerbit Bumi. Aksara Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Wilson. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga https://nurhibatullah.blogspot.com/2016/01/dasar-dasar-manajemen-pendidikan.html

Jumat, 27 Oktober 2023

PENELITIAN KUALITATIF DALAM ILMU-ILMU SOSIAL

A. Pendahuluan

 

Ketika kita bergaul sehari-hari seringkali kita berargumen satu sama lain. Kita bercakap-cakap untuk memperbincangkan berbagai masalah yang menarik untuk dikomunikasikan. Namun demikian, kita sering kali juga tidak mampu menyampaikan argumen dalam percakapan itu. Lantas kita bertanya dalam diri kita sendiri, apakah kita telah ’mengadu argumentasi’ dengan lawan bicara kita? Dengan kata lain, pernahkah anda berargumen dengan seseorang atau orang lain? Kita mengatakan sesuatu kepada teman kita, begitu juga teman kita mengatakan sesuatu kepada kita. Kadangkala teman kita mengatakan bahwa dialah yang benar, karena teman anda itu telah memperoleh pengetahuan dan membaca apa yang dikatakannya di dalam buku. Ketika kita pergi berobat kepada seorang dokter misalnya, kita seringkali mengatakan bahwa dokter telah memberitahu saya bahwa saya sakit. Dokter mengatakan itu karena dokter sudah tahu. Begitu seterusnya dan tidak pernah berhenti. Orang mengklaim tahu sesuatu bahwa orang tersebut tahu sesuatu itu adalah benar?

Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana kita dapat berargumen dengan benar? Bagaimana kita dapat memenangkan argumen’? Bagaimana kita tahu bahwa argumen kita yang benar atau yang salah? Dengan kata lain, bagaimana kita tahu bahwa kita tahu? Masalahnya adalah setiap saat kita dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan sepanjang kita hidup di dunia ini. Kita selalu bertanya bagaimana kita bisa memperoleh pendidikan yang lebih tinggi? Bagaimana kita dapat hidup lebih berkualitas? Bagaimana kita dapat bergaul dengan masyarakat kita dengan baik? Bagaimana kita dapat hidup lebih sejahtera?                   

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalau ada dan hadir dalam setiap kehidupan kita. Yang menjadi masalah kemudian adalah bagaimanan kita dapat menemukan jawaban yang dapat dipercaya atau diandalkan (reliabel) untuk menjawab semua pertanyaan kita itu? Bagaimana kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan untuk menemukan jawaban dari semua pertanyaan seperti diatas?

Kita sebetulnya dapat memberikan jawaban atas semua pertanyaan seperti diatas dengan berbagai cara seperti misalnya jika kita ingin tahu diluar sana turun hujan, maka kita harus pergi keluar ruangan ini untuk melihat apakah hari ini sedang turun hujan. Atau kita dapat bertanya kepada teman kita yang ada disekitar kita saat ini, apakah sekarang ini sedang turun hujan? Kita juga dapat menjawab pertanyaan itu dengan pemahaman kita sendiri. Atau kita menjawab semua pertanyaan itu dengan menanyakannya kepada orang lain.  

Namun, yang harus disadari adalah bahwa kadangkala bahwa satu pertanyaan dapat segera dijawab langsung, tetapi ada banyak pertanyaan yang tak dapat dijawab dengan segera atau langsung, seperti kita harus melihat dahulu keluar ruangan ini untuk ’memastikan’ apakah diluar rungan ini turun hujan. Oleh karena itu, terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tak dapat segera dijawab langsung, kita memerlukan ’sedikit’ penelitian atau konsultasi kepada orang lain. Penelitian semacam ini diperlukan untuk memastikan bahwa apa yang kita jawab itu benar.

Penelitian merupakan salah satu cara untuk mengetahui sesuatu. Ketika kita ingin mengetahui sesuatu, dan kita tidak memiliki otoritas untuk mengatakan bahwa sesuatu itu kita ketahui dengan benar, maka kita harus melakukan penelitian. Penelitian dilakukan untuk mengetahui ”how do we know”. Agar kita dapat mengetahui sesuatu itu dengan benar dan ‘legitimate’, maka kita melakukan penelitian atau evaluasi atau percobaan. Jadi, penelitian merupakan jalan atau cara untuk ’mengetahui’ sesuatu secara lebih baik, benar dan memiliki dasar argumen yang kuat. 

Mengapa kita harus melakukan penelitian? Pertanyaan seperti itu seringkali juga ’menghantui’ kita ketika kita melakukan argumentasi dengan orang lain. Di dalam ilmu pengetahuan sedikitnya ada 4 (empat) alasan yang dapat  dikemukakan. Keempat alasan itu seringkali digambarkan dalam apa yang disebut sebagai ’ The Four Squares of Knowledge’ ( Kathryn Herr & Gary L Anderson, 2005: 38-39) . Empat kotak pengetahuan itu dilukiskan sebagai berikut: Pertama, dalam kotak pertama dinyatakan bahwa apa yang kita ketahui sekarang ini juga diketahui oleh mereka atau orang lain. Dengan kata lain, pengetahuan kita juga menjadi pengetahuan orang lain. ’We know, They Know’. Kedua, dalam kotak kedua digambarkan bahwa apa yang kita tidak ketahui seringkali orang lain lebih mengetahui. Oleh karena itu, kita sering tidak tahu. ’We Don’t Know, but They Know’ . Ketiga. Apa yang kita ketahui seringkali juga tidak diketahui oleh orang lain. ’We Know, but They don’t Know’. Keempat, apa yang kita tidak ketahui juga tidak diketahui orang lain. ’We don’t know, They don’t know’. Keadaan pengetahuan manusia seperti itu juga menggambarkan kepada kita bahwa kita memerlukan penelitian untuk mencari kebenaran yang sesungguhnya. Melalui penelitian, kita dapat ’menegosiasikan’ apa yang kita tahu dengan apa yang orang lain ketahui. Apa yang tidak diketahui oleh kita dengan apa yang diketahui oleh orang lain dan seterusnya untuk sampai kepada pengetahuan sesungguhnya atau pengetahuan baru.

Empat Kotak Pengetahuan

(Luft, 1963)

 

 

I

We know

They know

 

 

II

We don’t know

They know

 

III

We know

They don’t know

 

 

IV

We don’t know

They don’t know

 

Dalam mencari pengetahuan baru itu, terdapat dua cara atau pendekatan yang lazim dilakukan oleh para ilmuwan atau peneliti, Kedua pendekatan itu adalah kualitatif dan kuantitatif. Pada kesempatan ini kita akan memfokuskan diri pada salah satu pendekatan yaitu kualitatif. Pendekatan ini seringkali disebut juga sebagai penelitian kualitatif.


B. Penelitian Kualitatif


Banyak kalangan ilmuwan yang membedakan dengan tegas antara penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif, tetapi Dabb (1982)  menyatakan bahwa perbedaan kualitatif dan kuantitatif tidak terlalu bersifat jelas (distinct) dalam ilmu-ilmu sosial. Penelitain kuantitatif lebih merefleksikan tendensi kepada ’the general public to regard science as relating to number and implying precision’, sedangkan penelitian kualitatif lebih mempertanyakan hal-hal yang bersifat abstrak, memerlukan kerja yang lebih panjang dan ’requires greater clarity of goal during design stage’. Perbedaan yang paling signifikan antara dua pendekatan itu  terletak pada : (1) Penelitian kualitatif  ’indicates that notion of quality is essensial to the nature of things’, sedangkan pada (2) penelitaian kuantitatif  ‘quantity is elementally an amount of something’ (Dabb, 1982: 32). Kualitas dalam penelitian kuantitatif merujuk pada ‘what, how, when, and where of thing’. Hal ini merupakan  pokok atau inti. Sedangkan pada penelitain kualitatif lebih merujuk kepada ‘ the meanings, concept, definitions, characteristics, methapors, symbols and descriptions of things’. 

Peneltian kualitatif banyak digunakan oleh para ilmuwan sosial karena banyak fenomena sosial dan fakta empiris yang tidak dapat dikuantifikasikan. Ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini tidak hanya diperoleh dari penggunaan pendekatan kuantitatif, tetapi jaga dilakukan dengan suatu upaya spesifik dan sistematik dalam memperoleh dan memahami bagaimana realitas sosial itu dapat muncul, beroperasi atau bekerja, serta berpengaruh besar kepada individu manusia dan organisasi individu.

Penelitian kualitatif amat memperhatikan kepada apa yang sering kita sebut sebagai ’life world’. Melihat dan mendalami ’life world’ dengan meneliti atau melakukan investigasi fenomena-fenomena yang berkembang ditengah-tengah kehidupan masyarakat.. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif fokus penelitian berada pada ’naturally emerging langguage and the meaning of individual’ seperti emosi, motivasi, symbol dan artinya, serta empati (Schwartz and Jacobs, 1979). 

Penelitian kualitatif merupakan suatu payung yang membawahi berbagai style, gaya dalam penelitian sosial seperti yang terdapat pada penelitian dalam disiplin ilmu sosiologi, antropologi atau psikologi sosial. Dalam kelompok ilmu ini, ada beberapa elemen yang sama yang dapat mencirikan pendekatan penelitian kualitatif. Beberapa elemen yang sama itu dapat kita sebutkan sebagai berikut : (1) Penelitian kualitatif sangat konsen dengan ’makna’ atau ’meanings’ dan bagaimana cara orang memahami berbagai hal (proses) yang sedang, telah dan akan terjadi disekitarnya. Dalam hal ini, aktivitas manusia dilihat sebagai suatu produk dari symbol dan makna yang digunakan oleh anggota masyarakat. Oleh karena itu, setiap symbol dan makna dari semua aktivitas manusia perlu dianalisa, diinterpretasikan. (2) Penelitian kualitatif juga sangat konsen dengan pola-pola prilaku manusia (patterns of behaviour) seperti ritual, tradisi, dan hubungan-hubungan antara manusia di dalam suatu masyarakat. Interaksi antara manusia ini diekspresikan sebagai pola-pola prilaku/tindak tanduk, norma-noma budaya dan bentuk-bentuk bahasa yang digunakan oleh masyarakat.   

Jika mencermati beberapa elemen diatas, maka dapat kita katakan bahwa data kualitatif  adalah merupakan produk dari suatu proses interpretasi seorang atau sekelompok orang peneliti. Data kualitatif tidak ada dalam kondisi ’out there’ yang menunggu untuk ditemukan seperti yang dilakukan oleh para peneliti yang mengunakan pendekatan kuantitatif, positivistic approachTetapi, data kualitatif ’are produced by the way they are intepreted and used by researchers’. Dengan demikian, peneliti sangat berperan di dalam memproduksi atau menghasilkan dan menginterpretasikan data kualitatif. Peneliti harus mengidentifikasi nilai-nilai dan kepercayaan yang berkembang di dalam masyarakat, tanpa dipengaruhi oleh nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut oleh dirinya sendiri. Peneliti harus melepaskan diri dari identitas dirinya sendiri. Itulah sebabnya, pada penelitian kualitatif, peneliti harus dapat mendiskripsikan data yang diperolehnya melalui cara menginterpretasikan data-data itu oleh dirinya sendiri untuk sampai kepada ’generating theories’. 

 

C. Proses Penelitian Kualitatif

 

Kalau kita hendak melakukan penelitian maka sesungguhnya kita harus terlibat didalam suatu proses. Mengapa demikian?  Karena penelitian itu merupakan suatu proses. Suatu proses merupakan sutau seri yang menghubungkan antara satu aktivitas dengan aktivitas yang lain. Bergerak dari awal hingga mencapai akhir. Proses penelitian tidak merupakan sesuatu yang bersifat rigit, kaku, atau tetap seperti kalau kita mengerjakan A maka kita harus mengerjakan A dahulu baru kemudian beralih kepada jenis pekerjaan B. Penelitian kualitatif ’dapat saja’ dilakukan tanpa suatu proses yang bersifat rigit (Gary D Baouma & G.B.J. Atkinson, 1999: 9-10).  

Ada beberapa fase utama yang dapat dilalui dalam mengerjakan penelitian yaitu : (1) Fase pertama adalah fase yang paling pokok dimana seorang peneliti dalam fase ini harus mengungkapkan isu-isu utama, gagasan-gagasan utama dari apa yang hendak ditelitinya. Memfokuskan isu utama penelitiannya, merumuskan masalah pokoknya, merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kemudian peneliti melakukan klarifikasi terhadap  isu-isu itu melalui penelusuran berbagai teori dan hasil penelitian yang relevan, yang pernah dilakukan penelitian lain berkaitan dengan isu-isu pokok atau gagasan yang telah diekemukakan. Kemudian, pada fase ini pula seorang peneliti memilih dan menentukan metode penelitian yang akan digunakannya dengan cara menentukan sampel, menentukan perancangan penelitian yang dapat memberikan gambaran bagaimana analisis akan dilaksanakan. (2) Fase kedua adalah  mengumpulkan data. Pada fase ini seorang peneliti mempersiapkan berbagai instrumen dan alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang dapat menjawab pertanyaan penelitian. Berbagai metode pengumpulan data dapat digunakan sesuai dengan keperluan, jenis, dan sifat data yang hendak dikumpulkan. (3) Fase ketiga adalah analisis dan interpretasi. Pada fase ketiga ini seorang peneliti harus melakukan interpretasi dari hasil pengumpulan data. Hasil pengumpulan data  ’diujikan’ dengan pertanyaan penelitian yang sudah ditentukan pada fase sebelumnya. Kemudian peneliti melakukan ’drawing conclutions’dari hasil interpretasi hasil penelitian. Dalam fase ini juga seorang peneliti menilai kembali keterbatasan-keterbatasan penelitian, kemudian berakhir pada penyusunan saran dan pendapat. Saran dan pendapat dirumuskan dari hasil penelitian untuk disumbangkan kepada masyarakat atau kepada keperluan penelitian lanjutan terhadap berbagai isu pokok yang menjadi perhatian utama hasil penelitian. 

Ketiga fase utama penelitian itu merupakan suatu proses yang harus dilalui dan dikerjakan oleh seorang peneliti, karena penelitian merupakan suatu disiplin atau cara untuk menjawab berbagai pertanyaan yang ada dan berkembang di dalam masyarakat dengan lebih akurat dan tepat.

Sebagian kelompok ilmuwan sosial sering menyampaikan kritik terhadap penelitian kualitatif, karena penelitian kualitatif seringkali dianggap tidak memiliki kerangka acuan perancangan penelitian yang jelas seperti apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif. Perbedaan pandangan seperti ini telah lama menjadi ’perdebatan’, tetapi tidak ada satupun metode pencarian kebenaran pengetahuan yang dapat mengklaim dirinya yang paling baik atau benar. Pada penelitian kualitatif, perancangan penelitian tetap diperlukan, walaupun tidak serigit pada penelitian kuantitatif.  Perancangan penelitian kualitatif diperlukan sebagai acuan atau ’guideline’ peneliti ketika bekerja di lapangan.  

Penelitian kualitatif melihat realitas sosial itu menerupakan sesuatu yang sangat kompleks, terlalu relatif, bahkan sangat kaya informasi yang tidak dapat didekati hanya dengan peta-peta konseptual yang bersifat konvensional atau melalui instrumen yang dibakukan (Matthew B. Miles & A. Michael Huberman, 1992: 28-29). Penelitian kualitatif lebih mendorong menggunakan pendekatan ’grounded’ yang bersifat induktif, mengandung pembaharuan dan terstruktur lebih longgar untuk menjaring data. Kerangka konseptual harus muncul secara empiris di lapangan ketika penelitian berjalan. Permasalahan-permasalahan penelitian yang paling penting akan menjadi jelas belakangan. Latar atau setting dan pelaku-pelaku yang paling bermakna tidak akan dapat diramalkan, atau sekurang-kurangnya belum dapat diramalkan, sebelum penelitian lapangan dilakukan. Instrumen-instrumen akan berubah, karena instrumen itu harus berasal dari sifat-sifat latar sosial dan dari cara interpretasi pelakunya. 

Oleh karena itulah, peneliti mempunyai waktu yang lebih leluasa untuk menjelajah, memahami fenomena-fenomena, melihat fakta empiris, melihat realitas sosial yang sangat kompleks. Itu sebabnya, rancangan penelitian kualitatif ’dibuat dengan longgar’, dan sangat bersifat induktif.

Pada penelitian kualitatif seringkali ditemukan bahwa data-data tersedia dalam format yang tidak standar. Oleh sebab itu, kemampuan interpretasi seorang peneliti menjadi sangat penting untuk memahami data yang tersebar dilapangan. Data pada penelitian kualitatif biasanya dianalisa melalui diskripsi atau ’narrative’ dari suatu situasi yang sedang diselidiki.  Analisa naratif biasanya memerlukan diskripsi yang bersifat detail, padat, ’rapat’ terhadap ’setting’. Desdkripsi semacam ini sering kita sebut sebagai a thick description’. 

Seperti telah diuraikan diatas, bahwa pada penelitian kualitatif refleksi yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap identifikasi pattern and proceses, commonalities and differences menjadi sangat vital, kalau tidak hendak kita katakan sangat penting. Oleh karena itu kesiapan dan kelengkapan kerja peneliti dilapangan seperti catatan lapangan, trankripsi dari hasil wawancara atau trankripsi dari text yang ditemukan di lapangan menjadi sangat penting, karena semua itu harus tetap terjaga dalam keadaan ‘on the lookout for themes’, berhati-hati, ‘awas atau waspada’ agar tidak melenceng dari tema utama pembahasan. Atau data lapangan tersebut harus tetap berada dalam ‘interconections’ yang berulang-ulang antara ‘unit’ (unit analisa), kategori-kategori yang muncul.                 

 

D. Perancangan Penelitian Kualitatif

 

Dalam merancang penelitian kualitatif sedikitnya ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh seorang peneliti. Tahapan-tahapan kerja ini dilaksanakan untuk membangun acuan pendahuluan atau pra-rancangan atau pra-struktur agar seorang peneliti tidak pergi atau turun  kelapangan dengan ’kepala kosong’. Tahapan perancangan penelitian itu dapat disusun sebagai berikut: (1) Pendahuluan atau Latar Belakang Masalah, (2) Deskripsi Teoritis, (3) Metode Penelitian, (4) Hasil Penelitian, (5) Diskusi dan Analisis Hasil Penelitian, (6) Kesimpulan dan Rekomendasi. Agar dapat lebih dipahami, ada baiknya dibawah ini diuraikan secara lebih rinci apa yang dimaksud dan apa yang harus dikerjakan oleh seorang peneliti pada tahap-tahap tersebut.


(1). Pendahuluan atau latar Belakang Masalah

 

Pada tahap ini, seorang peneliti mengungkapkan latar belakang dari pekerjaannya untuk meneliti suatu isu atau masalah tertentu. Latar belakang harus dapat menggambarkan sesuatu pekerjaan penelitian dengan isu-isu, masalah-masalah yang relevan dan signifikan. Pada tahap ini juga seorang peneliti dapat menggambarkan gagasan-gagasan yang ada dibalik pentingnya penelitian itu dilakukan. Apa alasan-alasan pokok sehingga masalah tersebut menjadi amat menarik, penting dan mendesak untuk dilakukan penelitian. 

Masalah-masalah umum tersebut dapat didreskripsikan secara garis besar dan memuat proses-proses yang terjadi di dalam masyarakat. Oleh karena itu, perlu juga diungkapkan gagasan-gagasan terhadap peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat. 

Pada tahap ini, seorang peneliti diminta untuk menguraikan dugaan-dugaan, prediksi-prediksi yang muncul di dalam masyarakat untuk menuntun peneliti kearah pembentukan kerangka teoritis baru atau kerangka kerja awal. Kerangka teoritis baru ini disajikan dengan pengungkapkan laporan awal yang pernah ada, yang berkaitan dengan pokok penelitian. Atau menguraikan catatan-catatan awal lapangan sebagai hasil pengamatan sementara, wawancara sementara atau catatan-catatan sementara dari data-data yang telah tersedia. 

Pekerjaan diatas akan membimbing seorang peneliti untuk sampai kepada pengungkapan konsep-konsep kunci yang akan dipegang dan digunakan oleh peneliti di lapangan sebagai bagian tidak terpisahkan dalam membangun definisi teori dan definisi operasional dalam suatu penelitian. Dan pada akhirnya seorang peneliti, pada tahap ini, mengungkapkan tujuan dari penelitian ini. Untuk apa penelitian ini dilakukan dan manfaat apa yang hendak diperoleh dari penelitian tersebut.

 

(2). Deskripsi Teoritis

 

Pada tahap ini, kita diminta untuk menguraikan ’overview literature’. Teori apa saja yang telah tersedia untuk meneliti masalah pokok atau topik penelitian. Deskripsi teori juga meminta kita agar dapat mengungkapkan berbagai hasil penelitian muthakhir di dalam pokok atau topik penelitian. Sekurang-kurang teori-teori atau hasil penelitian mutakhir yang relevan dengan masalah pokok penelitian. ”Literature review should demonstrate how the research being reported related to previous research and, if possible, how it give rise to particular issues, problems and ideas that current research address”(Martyn Denscombe, 2003:293-294). 

Pada tahap ini pula, kita harus dapat menggambarkan kerangka teoritis atau kerangka konseptual yang menjelaskan bagaimana hubungan antara satu kosep dengan konsep yang lain. Hubungan antara suatu teori dengan teori yang lain. Pekerjaan ini penting agar kita sampai kepada penyusunan hipotesis, proposisi, asumsi atau pertanyaan-pertanyaan penelitian (Matthew B. Miles & A. Micchael Huberman, 1992: 31-60). Proposisi, asumsi dan pertanyaan penelitian akan memudahkan seorang peneliti untuk mengidentifikasi proses-proses yang terjadi di dalam masyarakat dan memudahkan kita untuk mencari, menentukan indikator-indikator dalam penelitian. 

Pada tahap ini juga seorang peneliti diminta untuk menguraikan ruang lingkup, batasan masalah penelitian. Peneliti harus menentukan fokus dari penelitiannya. Ia harus merumuskan masalah pokok penelitian sehingga rumusan masalah ini dapat menjadi kerangka acuan pekerjaan seorang peneliti di lapangan. Peneliti dapat melakukan pekerjaannya dengan fokus dan terjaga dari kemungkinan melenceng atau terombang-ambing jauh dari masalah pokok penelitiannya. Akhirnya, pada tahap ini, kita harus menyatakan bahwa penelitian yang akan dilaksanakan itu memiliki keterbatasan, baik keterbatasan yang disebabkan oleh tersedianya sumber-sumber pembiayaan, tenaga, kesempatan, maupun kendala-kendala lain yang dapat menyebabkan bahwa penelitian ini mempunyai keterbatasan. 

 

(3). Metode Penelitian

 

Pada poin ini, kita melakukan analisa terhadap ‘existing state of knowledge on a topic’, dan menggambarkan metode penyelidikan apa saja yang dapat digunakan untuk meneliti topik diatas. Kita harus mendeskripsikan semua procedure dan strategi penelitian yang hendak kita pakai. Ketika kita memilih suatu metode untuk penyelidikan atau metode pengumpulan data, suatu strategi penyelidikan harus ditetapkan. Penentuan pilihan terhadap metode apa harus dapat menunjukan kepada data apa yang hendak dicari atau dikumpulkan. Disamping itu, kita juga harus mempertimbangkan apakah metode yang kita pilih itu dapat dikerjakan dengan waktu yang tersedia.  

Pada umumnya, penelitian kualitatif menggunakan metode observasi, wawancara, survey, penelusuran dokumen, kuesioner, studi kasus, studi lapangan, studi terhadap dokumen, photo, gambar, aturan-aturan, catatan-catatan dan rekaman-rekaman. Penentuan metode pengumpulan data semacam itu dilakukan setelah kita memperkirakan bahwa semua data yang hendak kita cari dapat dikumpulkan dengan menggunakan instrument tersebut. Pada tahap ini, seorang peneliti harus ‘memastikan’, atau memperkirakan bahwa pilihan terhadap metode penyelidikan yang hendak dipakai haruslah ‘pas’, matching’ dengan data yang kita butuhkan. Kita sering menemukan bahwa pilihan terhadap instrument atau metode penyelidikan tidak selalu pas atau matching dengan data. Akibatnya banyak data yang tidak terjaring, atau malah metodenya terlalu besar untuk ukuran data yang kita kehendaki atau sebaliknya.

Kita tidak boleh terjebak seperti ‘menembak seekor lalat dengan menggunakan senjata meriam’. Kalau hal seperti ini terjadi, amat terbuka kemungkinan bahwa penelitian yang kita lakukan menjadi bias, validitasnya rendah dan tidak reliabel. 

Pada tahap ini, seorang peneliti dapat saja menentukan untuk menggunakan satu atau beberapa metode penyelidikan untuk menyelidiki satu topik. Jika keputusan ini yang diambil, maka seorang peneliti harus menggambarkan bagaimana pelaksanaan atau penggunaan metode itu dilakukan atau diorganisasikan.

Dalam memilih dan menentukan metode penyelidikan ada tiga hal yang harus dijawab oleh kita yakni (1) what the research is investigating, (2) how it is to be conducted, and (3) what benefits are likely to emerge from the investigation (Martyn Denscombe, 2003: 139).

Peneliti juga diminta untuk mengkonstruksikan metode-metode penyelidikan yang sudah dipilih ke dalam apa yang sering kita sebut sebagai ‘pedoman’, apakah itu pedoman wawancara, instrument-instrumen survey, pedoman observasi dan sebagainya. Semua konstruksi ini bermanfaat sebagai panduan sementara bagi seorang peneliti untuk bekerja di lapangan. Seorang peneliti tidak dapat turun kelapangan dengan pikiran dan tangan kosong. Peneliti harus memiliki gagasan-gagasan dan rencana-rencana terhadap apa yang akan dilakukannya di lapangan, walaupun rencana itu masih berada dalam pikiran. Oleh karena itu, pedoman-pedoman menjadi sangat membantu agar kita tidak kebingungan ketika berada di lapangan.  Dengan kata lain, peneliti harus mengembangkan instrumen penelitian, baik itu terstruktur maupun tidak terstruktur. Penggambaran instrumen penyelidikan sangat berguna untuk memfokuskan wawancara, observasi atau apapun pilihan metodenya, sehingga data-data dapat terkumpul dengan baik. Unit-unit analisis, jalinan-jalinan diantara unit analisis, indikator-indikator akan lebih mudah dikenali dengan mempersiapkan instrumen sementara sebagai acuan awal dalam penyelidikan. 

Terlepas dari pilihan akan metode penyelidikan, pada tahap ini, kita harus dahulu menentukan populasi dan kemudian menentukan sampel penelitian kita. Kita harus dapat menentukan apakah penelitian kita ini ditujukan untuk seluruh populasi atau hanya sebagian saja, atau hanya sebuah sample yang telah dapat menunjukan keterwakilan. Disini kita harus menentukan pilihan dan menggambarkan pilihan itu. Mengapa pilihan itu diambil dan apakah pilihan itu telah memenuhi azas keterwakilan dari seluruh populasi. Jika ini dikerjakan dengan baik, penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan suatu proses penyidikan, mirip seperti pekerjaan ditektif (Dauglas, 1976), yang mulai dari satuan unit analisa kecil, berkembang terus sampai kepada keseluruhan jaringan dapat diketahui. Peneliti melakukan penyidikan dari satu atau hal yang kecil, kemudian berkembang menjadi dua, kemudian berkembang menjadi besar, dan pada akhirnya dapat menyentuh sebagian besar atau sebagian ’dasar’ guna memperoleh jawaban terhadap permasalahan penelitian. Deskripsi terhadap sampel, teknik pengambilan sampel dan subyek yang akan diteliti harus kita lakukan.   

 

(4). Hasil Penelitian

 

Pada tahap ini kita ’diperkenalkan’ kepada data sebagai hasil penemuan kita di lapangan. Oleh karena itu pada tahap ini kita harus dapat menguraikan bagaimana data akan diperlakukan, diolah dan dideskripsikan. Kita akan memilah data mana yang relevan dan temuan mana yang kurang relevan, serta bagaimana kita akan perlakukan temuan itu dalam konteks penelitian kita. Disini juga kita uraikan bagaimana data-data itu akan disajikan. Apakah dalam bentuk matrik, flowchart, deskripsi, persentase, gambar dan sebagainya. Gambaran penyajian hasil penelitian akan memudahkan peneliti untuk melakukan analisa terhadap data-data yang telah diperoleh dari lapangan. Oleh sebab itu, pada tahap ini kita harus menggambarkan perkiraan untuk mempresentasikan secara umum temuan-temuan penelitian. Kita juga telah memberikan pedoman bagaimana keterkaitan antara pertanyaan penelitian dengan elaborasi hasil penelitian. 

 

(5). Diskusi dan Analisis Hasil Penelitian

 

Pada tahap ini, kita menggambarkan bagaimana hasil penelitian itu akan dianalisa, didiskusikan. Bagaimana hasil penelitian ’diujikan’ terhadap teori, ide-ide atau gagasan-gagasan, issu-issu dan masalah-masalah  yang  ada sebelumnya. Peneliti mengungkapkan pertimbangan-pertimbangan analitis terhadap temuan hasil penelitian yang berhubungan dengan hasil studi sebelumnya. Kita juga mengungkapkan bagaimana rencana kita untuk ’fitting current research into the extant literature on the topic’ (Bruce L. Berg, 2004: 302-303). Kita juga menggambarkan rencana pendiskusian hasil penelitian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya dan implikasinya kepada kebijakan, penemuan baru, teori bari, proposisi baru, hipotesa baru atau asumsi-asumsi baru. 

 

(6). Kesimpulan dan Rekomendasi.

 

Pada tahap ini, peneliti menjelaskan bagaimana kesimpulan akan disajikan dan kemungkinan manfaat penelitian bagi pengambilan kebijakan atau penelitian lanjutan dari masalah pokok penelitian yang belum dapat diselesaikan, atau bahkan memerlukan pendalaman serta penelitian lebih lanjut. 

Setelah penelaahan yang lebih detail terhadap tahap-tahap pekerjaan penelitian seperti diuraikan diatas, maka secara garis besar, konstruksi tahap-tahap itu merupakan bagian yang harus dikerjakan oleh peneliti atau kita sebagai ‘proposal penelitian kualitatif’. Dengan demikian, usulan penelitian kualitatif, sekurang-kurang harus dapat memuat 6 (enam) tahap pelaksanaan penelitian, sehingga dapat menggambarkan apa yang hendak diteliti, dan bagaimana penelitian kualitatif itu hendak dijalankan. Panduan berupa usulan penelitian ini berguna sebagai dasar awal bagi peneliti untuk lebih menekuni penelitian, agar kita tidak turun ke lapangan tanpa persiapan sama sekali. 

  

E. Menuliskan Laporan Penelitian Kualitatif

 

Setelah kita melakukan penelitian, apakah itu dalam waktu lama atau longterm atau dalam kurun waktu tertentu, persoalan pokok yang sering dihadapi oleh peneliti sosial adalah bagaimana membuat dan menyelesaikan laporan penelitian secepat mungkin. Gambaran acuan perkiraan bentuk (skema dasar) laporan hasil penelitian kualitatif dengan disertai beberapa catatan kecil yang harus dilakukan pada setiap tahap penulisan laporan penelitian dapat dilihat dalam Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Biasanya dipublikasi oleh setiap intitusi, atau bisa juga dilihat dalam ( Bruce L. Berg, 2004: 302-303; Martyn Denscombe, 2003: 295-297; Gary D Bouma & G.B.J. Atkinson, 1999: 237-241) 

F. Referensi

 

1.   Blumer, H. (1969). Symbolic Interactionism: Perspective and Method. Englewood Cliff. New Jersey: Prentice Hall.

2.     Bogdan, R; & Biklen,S.K. (1992). Qualitative Research for Education (2nd ed). Boston: Allyn and Bacon.

3.     Denzin, N.K. (1970). Sociological Methods: A Sourcebook. Chicago: Aldin.

4.    Glaser, B; & Strauss,A.L. (1967). The Discovery of Grouded Theory: Strategies for Qualitative Research. Chicago. Aldine.

5.    Janesick,V.J. (1994). The Dance of Qualitative Research Design. In N. Denzin. & Y.S. Lincoln (Eds); Handbook of Qualitative Research. Thousand Oak. California: Sage.

6.  Lofland,J. & Lofland,L.H. (1995). Analyzing Social Setting (3rd ed). Belmont, California: Wadsworth Publishers.

7.     Miles,M.B; & Huberman,M.A. (1995). Qualitative Analysis: An Expanded Sourcebook (2nd ed). Thousand Oaks. California: Sage.

8.     Neuman,W.L.(2000). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. Boston: Allyn and Bacon.

9.       Berg,B.L. (2004). Qualitative Research Methods for The Social Sciences. Boston. Pearson.

10.    Sapsford, R. (2005). Survey Research. London. Sage Publications.

11.  Denscombe, M. (2003). The Good Research Guide for Small-Scale Social Research Project. Philadelphia. Open University Press.

12.  Herr, K; & Anderson, L.G. (2005). The Action Research Dissertation. A Guide for Student and Faculty. Thousand Oaks: Sage Publication.

13. Bouma, D.G; & Atkinson, G.B.J. (1999). A handbook of Social Science Research. A Comprehensive and Practical Guide for Students. New York. Oxford University Press.

14.  Connelly, M.F; & Clandinin, J.D. (2000). Narrative Inquiry. Experience and Story in Qualitative Research. San Fransisco: Jossey-Bass. 

 











 

KONSEP DASAR­ MANAJEMEN PENDIDIKAN

KONSEP DASAR­ MANAJEMEN PENDIDIKAN 1. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah kata yang sering sekali kita dengar dalam kehidupan sehari-...