Minggu, 11 Juni 2023

PENERAPAN MODEL ICC DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN KOMUNIKASI BAHASA INGGRIS MAHASISWA

Penulis:

Dr. Abdul Kadir, M.Pd.

Dr. Edi, S.S.,M.MPd.


ABSTRAK 

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Implementasi Pembelajaran bahasa Inggris berbasis model intercultural communicative competence (ICC) untuk peningkatan kemandirian mahasiswa. Mahasiswa dapat mengembangkan bakat, minat, pengetahuan, sikap, pengetahuan, kesadaran, tingkah laku, dan skills-nya ketika berbicara dengan orang-orang yang memiliki budaya yang berbeda (Foreigner). Pendekatan metode dalam penelitian ini kualitatif-granded teori dengan menggunakan tehnik dan analisis data miles and Hiberman (1994) yaitu data collectiondata reduction, data display, andconclusion drawing/verification. Jumlah sample dalam penelitian ini terdapat di semester 4 (empat) sebanyak 10 mahasiswa, semester 6 (enam), sebanyak 10 mahasiswa, dan semester 8 (delapan) sebanyak 7 mahasiswa, pengambilan sampel ini dilakukan secara random.




BAB 1

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Pada era 4.0, lndonesia adalah negeri yang sangat besar dan kaya dari berbagai aspek baik aspek geografi, demografis, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan agama. Secara geografis, Indonesia terletak diantara dua benua dan dua Samudra yang memiliki jumlah penduduk terbesar keempat didunia serta memiliki jumlah penutur yang cukup signifikan. Secara politis, Indonesia menganut politik luar negeri yang bebas-aktif dengan tujuan yang aman serta dihuni oleh beragam etnis yang masing-masing memiliki budaya yang berbeda sehingga membuat Indonesia sebagai negara kaya budaya.

Pendidikan di Indonesia pada saat ini sangat memprihatinkan karena dilakukan secara daring (Online) diakibatkan pengaruh Corona virus-19 dan pendidikan serta pengajaran akhir-akhir ini dilakukan secara blanded(Online-Offline) yang di dipengaruhi oleh virus baru (Umicron). Pendidikan dan pembelajaran pada crisis seperti ini harus ditingkatkan dan dikembangkan dengan berbagai metode dan model pembelajaran perbaharukan karena Pendidikan merupakan hak setiap anak bangsa yang sudah tertera dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada alinea ke-4 yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Selain itu juga tertera pada Pasal 31 Ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Dalam pasal tersebut pemerintah seharusnya mengawasi seksama bagaimana proses perkembangan pendidikan di Indonesia agar mengurangi hilangnya hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan (Putri, 2020).

Pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing (Foreign Language) perlu model khusus untuk mempelajarinya dengan berbagai varian keterampilan berbahasa. Salah satu keterampilan puncak berbahasa yaitu communicative to communication (Speaking)  dan atau biasa disebut dengan top priority of language productive skill yang perlu dikuasai oleh pembelajar pada perguruan tinggi. Pembelajar diperguruan tinggi harus mampu berbicara di depan publik (public speaking) yang merupakan kemampuan memproses, mendesain, menyampaikan, dan mengevaluasi sebuah pesan secara lisan terhadap publik (audience). Public speaking meliputi pemahaman sebuah materi ceramah, tujuan menyampaikanmateri  serta pemahaman ‘karakter’ audience. Secara sederhana, public speaking dapat di bagi ke dalam tiga kategori, yaitu public speaking untuk tujuan menyakinkan suatu topik (speaking to persuade), public speaking yang bertujuan untuk mengiformasikan suatu topik (speaking to inform) dan public speaking yang bertujuan untuk menghibur (speaking to entertain). Jason (2012).

Mahasiswa di perguruan tinggi (Universitas Muhammadiyah Mataram) harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya. Berdasarkan pengamatan awal bahwa mahasiswa di program studi Pendidikan bahasa Inggris di Fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan Muhammadiyah Mataram bahwa mayoritas mahasiswa memiliki kemampuan memahami grammar, struktur kalimat, dan kosa kata (lexis) yang baik akan tetapi kurang memiliki kompetensi berkomunikasi yang baik dengan orang-orang yang memiliki budaya yang berbeda. Sedangkan para dosen menekankan pada penguasaan teori speaking, listening, reading, writing, dan micro skills (Vocabulary and grammar) tanpa menekankan pada pengembangan kemampuan komunikasi secara menyeluruh.

Implementasi pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan model Intercultural Communicative Competence (ICC) pada perguruan tinggi merupakan hal yang paling utama dikarena ICC merupakan model komunikasi antar budaya (orang asing-Foreigner) dengan gaya yang berbeda. Secara umum, Kemampuan komunikasi ini merupakan kemampuan berinteraksi secara efektif dengan orang-orang yang memiliki budaya yang berbeda. Intercultural competence has been defined, in general terms, as ‘the ability to interact effectively with people from cultures that we recognize as being different from our own’ (Guilherme, 2000: 297). Dengan demikian bahwa komunikasi merupakan interaksi antara satu orang atau lebih berdasarkan perbedaan etnik, gender, dan sosial baik pada budaya yang sama maupun pada budaya yang berbeda.

Pentingnya model ICC ini sehubungan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki budaya yang berbeda. Model ICC dapat merubah pola pikir berkomunikasi dalam bahasa inggris secara berkelanjutan dengan kebutuhan utama proses yang spesifik. Dengan penguasaan ICC, mahasiswa mampu meningkatkan intensitas kemampuan berkomunikasi dengan orang asing (foreigner) baik di Indonesia maupun di luar negeri. Implemntasi komunikasi berkaitan model ICC akan membahas komponen ICC yaitu The skill of Interpreting and relating, skills interaction, attitude-readiness and openness, awareness-participated and practice, knowledge-individual and social group, and behavior-action and situation (M.N.-Edi Model 2017).

Peneliti tertarik dengan penelitian ini berdasarkan pengalaman traveling dan keikutsertaan dalam konferensi internasional dibeberapa negara. Peneliti mengamati bahwa perbedaan budaya, kepercayaan, nilai, tingkah laku, kesadaran, kemampuan personal, pengetahuan memahami perbedaan budaya, pandangan tentang gaya bahasa Inggris sangat berbeda. Mahasiswa membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang komunikasi yang baik dengan orang-orang asing yang memiliki budaya berbeda.

Dengan demikian, tujuan utama dalam penelitian ini yaitu ingin mengetahui implementasi pembelajaran bahasa Inggris berbasis model intercultural communicative competence untuk peningkatan kemandirian mahasiswa. Mahasiswa dapat mengembangkan bakat, minat, pengetahuan, sikap, pengetahuan, kesadaran, tingkah laku, dan skills-nya Ketika berbicara dengan orang-orang yang memiliki budaya yang berbeda (Foreigner).

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan dari paparan diatas, penulis tertarik meneliti tentang Implementasi implementasi pembelajaran bahasa Inggris berbasis model intercultural communicative competence untuk peningkatan kemandirian mahasiswa. Bagaimana implementasi pembelajaran bahasa inggris berbasis model ICC-M.N. Edi Model pada program studi Pendidikan bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Mataram?

C.   Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi pembelajaran bahasa inggris berbasis model ICC untuk meningkatkan kemandirian komunikasi mahasiswa

D.   Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga pengajar baik guru maupun dosen, Universitas Muhammmadiyah Mataram dan universitas lainya, serta peneliti selanjutnya sebagai rujukan untuk penelitian yang relevan.

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

            Dalam tinjauan Pustaka, peneliti mengungkapkan penelitian terdahulu, teori, dan kerangka berpikir.

A.   Penelitian Terdahulu

Peneliti telah melakukan pencarian diberbagai sumber bahwa penelitian yang berhubungan dengan Implementasi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Model Intercutural Communicative Competence (ICC) untuk Meningkatkan Kemandirian Komunikasi Mahasiswa belum pernah diteliti di program studi Pendidikan bahasa inggris pada Universitas Muhammadiyah Mataram. Dengan demikian, peneliti akan mengungkapkan penelitian yang terdekat. Penelitian terdahulu akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

Penelitian dengan judul ‘Implementasi Pendidikan Karakter dalam pembelajaran Bahasa Inggris’ Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana pendidikan karakter diintegrasikan dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan atau kajian literatur (literature review) yang mana metode pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang obyek penelitiannya digali melalui beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dan dokumen). Penelitian ini mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian, yang dalam hal ini berkaitan dengan implementasi pendidikan dalam pembelajaran bahasa inggris. Hasil penelitian menunjukan bahwa Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ekstrakurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah. Di sinilah, pendidikan karakter menjadi suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Gede Sutrisna (2021).

Penelitian Dengan Judul ‘Penerapan Kemampuan Presentasi Untuk Meningkatkan Speaking SkillsMahasiswa Jurusan Teknik Mesin’. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan seberapa efektifnya presentasi dalam meningkatkan kemampuan speaking skill mahasiswa. Metode penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang menggunakan model pengembangan Kemmis dan Taggart yang meliputi; 1) planning, 2) implementing, 3) observing, dan 4) reflecting, dengan preleminary study sebagai pembukaannya. Populasi penelitian ini terdiri dari kelas 4A terdiri 23 orang dan 4B sebanyak 24 mahasiswa. Materi pelajaran yang diberikan adalah yang berbasis konteks karena hal ini yang dibahas sehari-hari. Hasil yang diperoleh pada kuesioner yang diikuti oleh mahasiswa kelas 4A dan 4B menunjukkan bahwa mereka tidak keberatan bahkan merasa lebih nyaman dengan presentasi kelompok dan mereka merasa lebih bisa berbicara bila dibandingkan dengan kelas kuliah atau lecturing. Dari data penelitian mahasiswa menunjukkan peningkatan pada kemahiran berbicara dari kelas 4A dari 55,44% meningkat 63,01% dan dari kelas 4B dari 53,14 % menjadi 62,72%. Umi Anis, Dkk (2020).

Penelitian ini membahasa ‘Implementasi Pembelajaran Bahasa Inggris secara Islami Berbasis pendekatan Komunikatif’. Berbagai model pembelajaran Bahasa Inggris diterapkan dengan lebih menekankan pada penguasaan mahasiswa terhadap kemampuan berkomunikasi dengan berpedoman pada nilai-nilai keislaman. Penelitian ini dilakukan di Institut Agama Islam Al-Khoziny Buduran Sidoarjo yang meliputi siswa di prodi Hukum Keluarga Islam, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Manajemen Pendidikan, Ekonomi Syariah dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Penelitian dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi, dan juga nilai siswa dalam mata kuliah Bahasa Inggris. Peneliti menganalisis bahwa penelitian ini banyak memberikan manfaat bagi mahasiswa dan dosen. Mahasiswa memiliki tingkat ketertarikan dan minat yang cukup tinggi dalam proses belajar Bahasa Inggris dengan menekankan pada speaking skill untuk menggali kompetensi mereka dalam berkomunikasi tanpa mengabaikan nilai-nilai Islam. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa dosen berusaha mengajar Bahasa Inggris dengan berpedoman pada nilai keislaman dan lebih banyak aktivitas yang ditekankan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan berbagai metode seperti jigsaw, presentasi, contextual teaching, group working, peer teaching, dan juga autonomous video recording. Pengajaran dilaksanakan secara sederhana dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan disesuaikan pada level kemampuan berBahasa Inggris mahasiswa di masing-masing prodi. System pengajaran, metode, modul pengajaran mulai dikembangkan dengan disesuaikan kompetensi masing-masing kelas serta diintegrasikan dengan nilai-nilai keislaman. Devi Nur aini (2020).

Penelitian dengan judul ‘Pembelajaran Bahasa Inggris melalui Permainan Tebak kata dengan WEB CRAWLER menggunakan Android’ Tujuan penelitian ini mengetahui proses web crowler terhadap aplikasi permainan tebak kata dan presentase keberhasilan dalam mengambil data yang disimpan di website yang sudah ada dan ingin mengetahui aplikasi permainan tebak kata yang mudah dipahami dan digunakan oleh pengguna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merancang system yang diperoleh dari pengamatan data-data yang ada. Tahapan pengembangan yang digunakan penulis dalam riset ini yaitu menggunakan model MDLC (Mobile App Development Live Cycle) dengan tahapan Inisiasi (inisition), Perencanaan (planning), Analisis tehnis (Technical Analysis), Desain dan pengembangan (design and development), Quality assurance, Rilis (release). Hasil penelitian ini dari pengujian dengan web crawler yang dilakukan, terdapat percobaan sudah dilakukan, hasilnya dapat menarik data dengan mudah dengan persentase 100%. Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, dari hasil pengujian pendekatan terhadap pengguna dapat disimpulkan pembelajaran Bahasa Inggris dengan web crawler ini paling banyak terpilih adalah terpenuhi untuk Digunakan. Dwiki Jatikusumo, Dkk (2019).

Penelitian dengan judul ‘Implementasi Manajemen Pengelolaan kelas pada proses Pembelajaran Bahasa inggris di Perguruan Tinggi Teuku Umat’ tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pengelolaan kelas yang dilakukan oleh tenaga pengajar dalam mata kuliah Bahasa Inggris di Universitas Teuku Umar. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 % dari populasi yang terdiri 6 (enam) program studi yaitu program studi ekonomi, tehnik mesin, tehnik pertanian, ilmu social dan politik, ilmu kelautan, dan Kesehatan public. Metode yang digunakan berbentuk kuantitatif dengan 10 questioner. Analisis data menggunakan persentase univariat method. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen kelas sangat bagus, 40% mahasiswa menyetujui diberikan penghargaan karena memiliki kemampuan berinteraksi sesame mahasiswa, 53,2% mahasiswa setuju mempelajari bahasa inggris dengan temanya. Rusma Setiyana, Dkk (2018).

Penelitian Ini Berjudul ‘Implementasi Model Pembelajaran CLT Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Aktif Bahasa Inggris Berbasis Nilai-Nilai Karakter Berbahasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kompetensi active speaking mahasiswa melalui model Communicative Language Teaching (CLT) dalam proses kegiatan pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Communicative Language Teaching dapat meningkatkan kompetensi active speaking mahasiswa dalam proses kegiatan pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris di PGSD yang berbasis konservasi nilai-nilai karakter (berbahasa). Indikator active speaking (keaktifan berbicara secara aktif-komunikatif). Dalam proses pembelajaran, keterampilan active speaking menjadi fokus utama penelitian tindakan ini, dimana desain pembelajaran melibatkan empat kompetensi komunikatif yaitu: kompetensi gramatikal, kompetensi sosiolinguistik, kompetensi wacana/discourse, dan kompetensi strategi. Dilihat dari hasil penilaian siklus I ada peningkatan rara-rata kelas. Nilai rata-rata kelas pada pra tindakan yaitu 68,77 pada siklus I meningkat menjadi 76,38. Dan hasil penilaian siklus II menunjukan adanya peningkatan rara-rata kelas yang cukup signifikan, dimana nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu 76,38 pada siklus II meningkat menjadi 82,20. Arif Widagdo (2018).

Selanjutnya penelitian dengan judul ‘Model Perangkat Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Pendekatan komunikatif Kontekstual bagi Mahasiswa asing’ Penelitian ini bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran berbicara bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif-kontekstual bagi mahasiswa asing di IAIN Tulungagung. Desain pengembangan mengunakan model R2D2 (Recursive Reflective Design and Development) dari Willis. Produk yang telah dikembangkan, diujicobakan kepada 20 mahasiswa BIPA dari Thailand, 2 instruktur BIPA, dan 1 ahli pembelajaran BIPA. Uji efektivitas dengan rancangan pra-eksperimen, yakni dengan melakukan tes awal dan tes akhir pada kelompok tunggal tanpa kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 87% pebelajar merasa antusias dan senang karena contoh ungkapan dan dialog yang disajikan dalam buku ajar membantu mereka mampu berbicara bahasa Indonesia dengan lancar. Hasil uji-t menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skor tes awal dan tes akhir. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil pembelajaran keterampilan berbicara pada mahasiswa asing di IAIN Tulungagung. Mohamad Jazeri (2016).

Penelitian dengan judul ‘Penerapan Pembelajaran PBL untuk Meningkatkan Kompetensi Komunikasi Bahasa Inggris Mahasiswa di Akparta Mandala Bakti Surakarta’ Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model PBL (problem based learning) untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi (Communicative Competence) Bahasa inggris mahasiswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini qualitative deskriptif dengan 32 sample dari AKPARTA Mandala Bakti Surakarta tahun akademik 2013-2014. Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa p= 0.00 and r=0.939 untuk p<0.05 kemudian Ho ditolak artinya ada perbedaan kemampuan antara mahasiswa Bahasa inggris yang menerapkan model PBL dengan berbagai macam proses. Ratini Setyowati dan Purwidodo (2015).

Penelitian dengan judul ‘peran Perpustakaan dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Secara Mandiri di Perguruan Tinggi’ Tujuan dari pembelajaran bahasa inggris dalam penelitian ini adalah kemampuan pembelajar bahasa untuk menggunakan bahasa yang dipelajari agar dapat berkomunikasi dengan baik. Pada tingkat perguruan tinggi dimana seorang peserta didik dituntut untuk lebih mandiri dengan cara meningkatkan peran dan layanan perpustakaan yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran bahasa inggris secara mandiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran bahasa inggris tidak hanya meliputi empat keterampilan berbahasa seperti menyimak (listening), membaca (reading), berbicara (speaking), dan menulis (writing) namun juga meliputi unsur-unsur yang mendukung empat keterampilan berbahasa tersebut seperti kosa kata (vocabulary), pelafalan (pronounciation), dan tata bahasa (grammar). R. Nadia Hanoum (2012).

Dengan demikian, berdasarkan teori terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, peneliti tidak dapat menemukan implementasi pembelajaran Bahasa inggris berbasis model ICC secara menyeluruh dan peneliti menemukan pendekatan dan model yang terdekat seperti yang terlihat diatas.

B.    Landasan Teori

1.     Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses yang kompleks, di dalamnya mencakup proses atau kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan belajar utamanya terjadi pada mahasiswa dengan segala aktivitasnya dalam proses pembelajaran. Sedangkan kegiatan mengajar diperankan oleh guru atau dosen dalam perannya sebagai fasilitator dan desainer proses pembelajaran. Oleh karena itu kualitas proses pembelajaran termasuk juga hasil hasilnya sangat ditentukan oleh kualitas interaksi dalam proses tersebut, meskipun dikarenakan kewenangannya peran guru atau dosen akan lebih menonjol bila dilihat dari sudut manajemen pembelajaran. Dalam suatu institusi pendidikan, proses pembelajaran merupakan suatu interaksi antara pembelajar dan pengajar dalam suatu interaksi sosial yang khas guna mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan belajar telah ditentukan dengan mengacu pada kurikulum dan bahan ajar tertentu untuk kemudian dipilih metode dan media yang tepat. Devi Nur Aini (2020).

2.     Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang terdiri dari dua komponen yakni belajar dan mengajar. Suatu pembelajaran dikatakan efektif jika peserta didik mampu menyerap materi yang diberikan. Mulyono (2012). Sebelum memulai pembelajaran, tenaga pengajar dituntut untuk menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang matang melalui penulisan atau pembuatan RPS dan silabus sebagai pedoman sehingga tenaga pengajar tersebut paham dan mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan. Lebih detail, Kunandar (2011) menyebutkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran itu bertujuan untuk memudahkan para tenaga pengajar dalam meningkatkan hasil proses pembelajaran. Selain itu, rencana pembelajaran juga dapat digunakan untuk mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan sistematis sesuai dengan rencana. Kemudian, sebagai tenaga pengajar yang professional, dosen juga dituntut untuk mampu mengatur kelasnya dengan baik dan mengarahkan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

Proses pembelajaran di kelas haruslah berkualitas, yang ditandai oleh tiga unsur: (1) tingkat partisipasi dan jenis kegiatan belajar yang dihayati oleh mahasiswa, (2) peran dosen dalam proses belajar mengajar, dan (3) suasana proses belajar. Makin intensif partisipasi mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar, makin tinggi kualitas proses belajar tersebut1. Tambahan lagi, tingkat partisipasi yang tinggi dari mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat dicapai apabila mereka memiliki kesempatan untuk secara langsung (1) melakukan berbagai bentuk pengkajian untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, (2) berlatih berbagai keterampilan kognitif, personal sosial, dan psikomotorik, maupun yang berbentuk sebagai dampak pengiring, dan (3) menghayati berbagai peristiwa sarat nilai baik secara pasif dalam bentuk pengamatan dan pengkajian maupun secara aktif melalui keterlibatan langsung di dalam berbagai kegiatan serta peristiwa pembelajaran. Arif Widagdo (2018).

Dalam proses belajar mengajar, seorang mahasiswa dituntut harus mampu mengemukakan pendapatnya secara lisan. Keterampilan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang yang di dalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah maupun yang timbal-balik ataupun keduanya. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris mahasiswa memiliki minat dan ketertarikan lebih tinggi ketika diajak untuk berkomunikasi dan melakukan percakapan sederhana. Mereka cenderung lebih senang terhadap penguasaan speaking skill. Dalam sistem pembelajaran seseorang diupayakan agar mereka tertarik dan senang terlebih dahulu terhadap suatu hal agar nantinya mereka memiliki semangat yang lebih baik untuk menguasai bidang ilmu tersebut. Kusuma 2008 dalam Devi Nur Aini (2020. Hal. 236)

3.     Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif adalah pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang menekankan pada kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dalam situasi keseharian. Pembelajaran bahasa yang bertujuan agar siswa mampu berkomunikasi menggunakan bahasa target memiliki faktor-faktor penentu komunikasi yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut meliputi siapa berbicara dengan siapa, tujuan, tempat, waktu, konteks kebudayaan dan suasana, jalur dan media, peristiwa berbahasa. Oleh karena itu, dengan pembelajaran komunikatif mahasiswa diharapkan nantinya mampu menguasai kompetensi komunikatif. Dadan Djuanda (2008) dalam Devi Nur Aini (2020. Hal. 237)

4.     Communicative Competence

Kompetensi komunikatif (Communicative Competence/CC) diciptakan oleh Dell Hymes seorang pakar sosiolinguistik. Hymes menyebut CC sebagai aspek kompetensi yang memungkinkan kita menyampaikan dan menafsirkan pesan antar personal dalam konteks-konteks tertentu. Brown, (2008: 241) dalam Ratini setyowan dan Purwidodo (2015. Hal 200). Sedangkan Savignon di Brown selanjutnya menyatakan bahwa Communicative Competence itu relatif, tidak mutlak, dan tergantung pada kerjasama semua partisipan yang terlibat. Brown, (2008:241) dalam Ratini setyowan dan Purwidodo (2015. Hal 200).

Sedangkan menurut Budiasih (2007: 155) di Setyowati et al (2014: 49) menjelaskan bahwa Communicative Competence adalah: 

Communicative competence may be defined as the ability to function in a truly communicative setting, that in a dynamic exchange in which linguistic competence must adapt itself to the total information input.

Menurut Brown (2008:242) di Setyowati et al (2014:49) menyatakan bahwa ada empat aspek fungsional komunikasi.

a.     Kompetensi Gramatikal 

Kompetensi Gramatikal adalah aspek Communicative Competence yang meliputi “pengetahuan tentang item-item leksikal dan kaidah morfologi, sintaksis, sematik kalimat tata bahasa, dan fonlogi.

b.     Kompetensi Wacana

Kompetensi Wacana adalah pelengkap dari kompetensi gramatikal. Inilah kemampuan yang kita punyai untuk mengaitkan kalimat-kalimat dalam rentang wacana untuk membentuk keseluruhan bermakna dari serangkaian ujaran. Wacana berarti apa saja dari percakapan sederhana hingga texts tertulis panjang lebar. 

c.     Kompetensi Sosiolinguistik 

Kompetensi Sosiolinguistik adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah social budaya bahasa dan wacana. Tipe kompetensi ini masyarakatkan pemahaman tentang konteks social di mana bahasa digunakan: peran partisipan, informasiyang mereka bagi dan fungsi interaksi. 

d.     Kompetensi Strategis 

Kompetensi Strategis, sebuah konsep yang luar biasa kompleks. Strategis ini merupakan strategi komunikasi verbal dan nonverbal yang bisa dipakai untuk mengimbangi kemacetan dalam komunikasi karena variable-variabel performa atau karena kompetensi yang tidak memadai

Kompetensi strategis menduduki sebuah tempat khusus dalam pemahaman komunikasi. Sesungguhnya, definisi kompetensi strategis yang terbatas pada pengertian “strategi-strategi kompensasi” tidak mampu merangkum spectrum untuk konsep itu. Dalam sebuah upaya menindaklanjuti artikel sebelumnya Canale & Swain, di Brown (2008:242) dalam Ratini setyowan dan Purwidodo (2015. Hal 200). Memperbaiki pengertian kompetensi strategis sebelumnya menjadi “strategi-strategi komunikasi yang bisa digunakan untuk efektivitas komunikasi maupun mengimbangi kemacetan.” Brown (2008:242) juga menyebut kompetensi strategis sebagai “kemampuan memilih sebuah sarana efektif untuk menampilkan sebuah aksi komunikasi yang memungkinkan pendengar/pembaca mengenali rujukan yang dimaksud.” 

Sedangkan menurut Canale dan Swain dalam Budiasih (2007: 155) menjelaskan bahwa:

Communicative competence is understood as the underlying systems of knowledges and skill required for communication(e.g. Knowledge of vocabulary and skill in using the sociolinguistic conventions for a given language) (Budiasih.2007: 155).

 

5.     Intercultural Communicative Competence (ICC) Models

Intercultural Communicative Competence (ICC) merupakan kemampuan berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki budaya yang berbeda (Foreigner). Komponen-komponen ICC terdiri dari sikap, pengetahuan, keterampilan, dan Kesadaran. Adapun model ICC sebagai berikut:

Attitudes: curiosity and openness, readiness to suspend disbelief about other cultures and belief about one’s own (savoir être). Knowledge: of social groups and their products and practices in one’s own and in one’s interlocutor’s country, and of the general processes of societal and individual interaction (savoirs). Skills of interpreting and relating: ability to interpret a document or event from another. Culture, to explain it and relate it to documents from one’s own (savoir comprendre). Skills of discovery and interaction: ability to acquirenewknowledge of a culture and cultural practices and the ability to operate knowledge, attitudes and skills under the constraints of real-time communication and interaction (savoir apprendre/faire). Critical cultural awareness/political education: anability to evaluate critically and on the basis of explicit criteria perspectives, practices and products in one’s own and other cultures and countries (savoir s’engager). Acting interculturally can be something very simple or very complex. Let me now turn to the issue of the relationship between being intercultural and social identity. The link is again provided by socialization theory, taking the concepts of primary and secondary socialization one step further in language learning (Byram, 2008: 70).

 

Sedangkan M.N. Edi sebagai model ICC yang lain dengan komponen yang lebih besar meliputi keterampilan: interpretasi dan menghubungkan, kemampuan berinteraksi, sikap: kesiapan dan keterbukaan, kesadaran: berpartisipasi dan keikutsertaan, pengetahuan: individu dan kelompok sosial, tingkah laku: bertindak berdasarkan situasi.

Skills: The skills of interpreting and relating (Ability to interpret events from other cultures and relating or collaborate more than one different culture). Skills Interaction (The ability to obtain new knowledge about the behavior of verbal and non-verbal communication to the continuity of interaction with others). AttitudeReadiness and openness (Readiness and openness to believe of other cultures and maintain one’s own). Awareness: Participated and practice (The ability to participate and practice in one’s own and other cultures). Knowledge: Individual and social group (The knowledge of the individual and social group, practice with people have a different culture to improve the knowledge of ICC).  Behavior: Action and situation (Ability to do action and the way to interact with people from different culture through nonverbal codes). Edi, Dkk (2017).

 

6.     Sarana Belajar Bahasa Inggris Mandiri (Self Access Center)

Self Access Center (SAC) merupakan sarana belajar bahasa yang disesain untuk pembelajaran secara mandiri. Pada Self Access Center (SAC), pengguna memiliki akses terhadap sumber-sumber belajar bahasa, mulai dari lembar kerja hingga perangkat lunak computer untuk belajar bahasa (www.wikipedia.com). Self Access Center (SAC) memungkinkan pengguna untuk secara mandiri memilih materi yang ingin didalami dan menggunakan sumber0sumber belajar yang mereka butuhkan, baik untuk menunjang pemahaman terhadap materi pelajaran pada saat tatap muka maupun materi yang tidak secara langsung memenuhi kebutuhan peserta didik pada saat tatap muka. Setiap peserta didik memiliki kebutuhan, kemampuan, minat, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Dengan demikian, materi pembelajaran pada Self Access Center (SAC) dirancang untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan tersebut sehingga dapat memberikan kebebasan sekaligus rasa tanggung jawab kepada pengguna atas proses pembelajaran yang dilakukanya.

Self Access Center (SAC) yang diperuntukan khusus untuk pembelajaran bahasa inggris biasanya menyediakan berbagai jenis materi pembelajaran meliputi:

a.     Koleksi referensi yang terdiri dari buku-buku tata bahasa (grammar), kosa kata (vocabulary), pelafalan (pronounciation), dan kamus (dictionaries)

b.     Materi menyimak (listening materials), baik berupa media audio maupun audio visual, yang memiliki level mulai dari level dasar hingga level mahir

c.     Buku-buku yang menfokuskan secara khusus pada keterampilan listening, speaking, writing

d.     Buku-buku yang mengkhususkan pada materi persiapan tes kelancaran berbahasa seperti TOEFL (Test of English as a Foreign Language), TOEIC (Test of English for International Communication), dan IELTS (International English Language testing System).

Dengan demikian, meskipun Self Access Center (SAC) merupakan sarana belajar mandiri, idealnya saran aini dilengkapi oleh beberapa orang tutor yang bertugas memberikan bantuan dan dukungan baik secara akademis maupun psikologis. Dukungan tutor akan memudahkan mahasiswa dalam menggunakan sumber-sumber berbahasa inggris untuk lebih mendalami bidang ilmu yang ditekuninya. Dengan mengintegrasikan system belajar mandiri pada proses belajar mengajar, pembelajaran akan menjadi lebih efektif dan efisien. Lebih efektif karena peserta didik tidak terlalu bergantung pada dosen di kelas untuk menelusuri dan menemukan informasi atau pengetahuan yang dibutuhkanya, sehingga alokasi waktu tatap muka di kelas dapat difokuskan pada Latihan dan praktek menggunakan bahasa inggris untuk berkomunkasi. R. Nadia Hanoun (2012).

C.    Kerangka Berpikir

Untuk menjelaskan Langkah-langkah selanjutnya, peneliti perlu menjelaskan kerangka berpikir seperti berikut:



Berdasarkan kerangka berpikir diatas, ada beberapa hal yang harus dijelaskan oleh peneliti bahwa peneliti akan menelaah implementasi pembelajaran pada program studi bahasa inggris di Universitas Muhammadiyah mataram, peneliti akan menerapkan model M.N. Edi dengan komponen keterampilan, sikap, pengetahuan, kesadaran, dan tingkah laku untuk mengembangkan kemandirian komunikasi mahasiswa, peneliti menggunakan analisis kebutuhan dan situasi untuk mengetahui komponen yang dipakai dalam penelitian ini sehingga peneliti akan menemukan model ICC baru dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa inggris pada program studi bahasa inggris di Universitas Muhammadiyah Mataram.

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

A.   Lokasi Penelitian

Penelitijan ini dilakukan pada pada semester 4 (empat), 6 (enam) dan 8 (delapan) program studi pendidikan bahasa inggris Universitas Muhammadiyah Mataram      

B.    Pendekatan Penelitian

Peneliti menggunakan metode kualitatif-Grounded Theory. Grounded theory is a qualitative strategy in which the researcher derives a general, abstract theory of process, action, or interaction grounded in the views of participants in a study (Creswell, 2009 as cited by Sugiyono, 2013: 14). Peneliti menggunakan pendekatan ini karena berhubungan dengan cara observasi (Structured, semi-structured, open) dalam kelas, pembelajaran, tatap muka, kejadian-kejadian komunikasi dengan yang diteliti didalam lokasi penelitian, interaksi secara mandiri dan atau personal, wawancara (Structured/formal, semi-structured, formal/open) dengan siswa sebagai kunci utama dalam melakukan penelitian pada saat wawancara, pengamatan, catatan-catatan kaki, rekaman, dan dokumentasi, semua hal itu dilakukan untuk menemukan model komunikasi mahasiswa dengan orang-orang yang memiliki budaya yang berbeda.

C.   Rancangan Penelitian

Dalam melakukan rancangan penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan, wawancara, menelaah rekaman, dan dokumentasi pada mahasiswa yang akan diteliti yaitu mahasiswa Bahasa inggris pada program studi Pendidikan Bahasa Inggris di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram. Setelah peneliti melakukan observasi, wawancara, merekam, dan dokumentasi. Setelah peneliti melakukan observasi lanjutan maka akan dirangkum dalam catatan yang sangat ringkas untuk disimpulkan dalam interpretasi. Setelah semua itu dilakukan maka peneliti mendokumentasikan semua aktifitas mahasiswa yang berhubungan dengan implementasi pengajaran Bahasa inggris berbasis Model ICC dalam meningkatkan kemandirian komunikasi mahasiswa.

D.   Tehnik dan Analisis Data

Tehnik analisis data merupakan proses telaan seluruh data yang akan dianalisis secara sistematis. Data analysis is systematically processes searching and arranging the interview, observation, field notes, recordings, and documentation that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to other Bogdan in Creswell (2012: 332).

Tehnik dan anilisis data menggunakan teori Miles and Hiberman (1994) yaitu data collection, data reduction, data display, and conclusion drawing/verification.



Flow of qualitative data analysis (Miles and Huberman, 1994)



DAFTAR PUSTAKA

 

Arif Widagdo, (2018). Implementasi Model Pembelajaran CLT Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Aktif Bahasa Inggris Berbasis Nilai-Nilai Karakter Berbahasa. Semarang-MAGISTRA - Volume 9 Nomor 2 Desember 2018.

Bogdan and Creswell, (2012). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Pustaka pelajar. Yogyakarta.

Byram, M. (2008a). From Foreign Language Education to Education for Intercultural Citizenship. (M. B. and alison Phipps, Ed.). Usa-Canada: Multilingual Matters LTD.

Byram, M. (2008b, June 19-20, 2008). The 'Intercultural Speaker'-rhetorical device or social identity? Paper presented at the Cutting Edges: Identity in the classroom Canterbury Christchurch University.

Brown H. Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. USA: Pearson Education.

Budiasih. September 2007. Communicative Teaching Strategies in Speaking Class of University Students. Surakarta: Jurnal Sastra dan Bahasa Vol.5 No2. September 2007.

Devi Nur Aini, (2020). Implementasi Pembelajaran Bahasa Inggris secara Islami Berbasis pendekatan Komunikatif. IAIN Al-Khoziny Buduran Sidoarjo. Jurnal studi keislaman-E-ISSN.2579-5503.p.issn.2443-2741.

Dwiki Jatikusumo, Dkk (2019). Pembelajaran Bahasa Inggris melalui Permainan Tebak Kata dengan Web Crawler Menggunakan Android. Jakarta. Computatio: Journal of Computer Science and Information Systems, 3/1 (2019), 21-30

Edi, Dkk, (2017). Investigating the Students’ Strategies in Developing Intercultural Communicative Competence (ICC) Model in Indonesia University ContextISSN 1798-4769. Journal of Language Teaching and Research, Vol. 8, No. 6, pp. 1234-1240, November 2017. DOI: http://dx.doi.org/10.17507/jltr.0806.28

Gede Sutrisna, (2021). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Inggris. WIDYA ACCARYA: Jurnal Kajian Pendidikan FKIP Universitas Dwijendra. Vol 12 No 1, April 2021. P ISSN: 2085-0018 E-ISSN: 2722-8339. Available Online at http://ejournal.undwi.ac.id/index.php/widyaaccarya/index.

Guilherme, M. (2000). Intercultural competence. In M. Byram (ed.) Routledge Encyclopaedia of Language Teaching and Learning (pp. 297–300). London: Routledge.

Jason S. Wrench. (2012) Public Speaking: Practice and Ethics. Newyork: Oxford University Press

Kunandar. 2011. Guru Professional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Grafindo Persada.

Mohamad Jazeri, (2016). Model Perangkat Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Pendekatan Komunikasi Kontekstual Bagi Mahasiswa asing. LITERA. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan pengajaran. ISSN 1412-2596 (Printed). ISSN 2460-8319 (Online).

Mulyono. 2012. Strategi Pembelajaran. Malang: UIN-Maliki Press.

Putri, A. G. (2020). Hak Setiap Warga Negara Indonesia untuk Mendapatkan Pendidikan. Www.Kompasiana.Com.https://www.kompasiana.com/alfianifani/54f5e45ea33311e7748b45af/hak-mendapat-pendidikan#:~:text=Bunyi dari Pasal 31 ayat,warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.&text=Misal dengan membangun sekolah di,mereka bisa terpenuhi hak-haknya.

R. Nadia Hanoum. (2012). Peran Perpustakaan dalam pembelajaran bahasa Inggris secara Mandiri di Perguruan Tinggi. Edulib. Vol.2, No. 1 mei 2012.

Ratini S. and Purwidodo, (2015). Penerapan Pembelajaran PBL untuk meningkatkan kompetensi komunikasi Bahasa Inggris mahasiswa di AKPARTA Mandala Bakti Surakarta. Surakarta-Indonesia.  The 2nd University Research Coloquium 2015. ISSN: 2407-9189.

Rusma Setiyana, Dkk, (2018). Implementasi Manajemen Pengelolaan kelas pada proses Pembelajaran Bahasa inggris di Perguruan Tinggi Teuku Umat. Teuku Umar-banda Aceh. Jurnal Bisnis dan Kajian Strategi Manajemen . Volume 2 Nomor 1, 2018. ISSN : 2614-2147. http://jurnal.utu.ac.id/jbkan.

Setyowati, Ratini. Purwidodo, Baharudin, M Wahyu, Ratnasari, Endah Dwi.2014. An Analysis of English Mastery to Increase the Accuracy Codefication of Coders at Hospitals in Surakarta. Yogyakarta: International Conference Proceedings 18-21 February 2014.

Sugiyono, 2013. metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Alfabeta. Bandung.

Umi Anis, Dkk (2020). Penerapan Kemampuan Presentasi untuk Meningkatkan Speaking Skills Mahasiswa Jurusan Tehnik Mesin. Malang-Indonesia. Jurnal Akuntansi : Bisnis dan Humaniora. Vol. 07 No. 2, Juli 2020.













PENELITIAN KUALITATIF DALAM ILMU-ILMU SOSIAL

A. Pendahuluan   Ketika kita bergaul sehari-hari seringkali kita berargumen satu sama lain. Kita bercakap-cakap untuk mempe...